Direktur Utama PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk. Irfan Setiaputra, mengatakan perseroan konsisten mencatatkan pertumbuhan angkutan kargo yang semakin menjanjikan. Hingga bulan Mei 2021 lalu, pertumbuhan angkutan kargo Garuda melonjak hingga 35 persen dibandingkan periode serupa tahun lalu.
“Sejalan dengan berbagai langkah upaya perbaikan kinerja usaha yang terus kami lakukan secara berkelanjutan, tren pertumbuhan sektor ekspor nasional menjadi momentum penting bagi upaya optimalisasi lini bisnis penunjang yang dijalankan Perusahaan di tengah tekanan kinerja usaha imbas pandemi Covid-19, terutama melalui bisnis kargo dan charter,” ujar Irfan dalam keterangan tertulis, Jumat, 16 Juli 2021.
Konsistensi tersebut, menurut dia, sejalan dengan kinerja bisnis kargo pada akhir tahun 2020 lalu, ketika perusahaan mencatatkan angkutan trafik kargo udara yang menyentuh level 99 persen dari performa angkutan kargo pada periode sebelum pandemi.
Dengan tren pertumbuhan positif tersebut, Garuda Indonesia akan terus mengoptimalkan utilisasi armada bagi perluasan jaringan penerbangan kargo guna menunjang aktivitas direct call komoditas ekspor unggulan dan UMKM dari berbagai wilayah Indonesia. Salah satunya melalui pengoperasian dua armada passenger freighter yang kini melayani sejumlah penerbangan kargo domestik maupun internasional.
Irfan menjelaskan, tidak dapat dipungkiri dalam situasi pandemi, terjadi peralihan pada tren bisnis industri penerbangan. Kini, lini bisnis kargo menjadi salah satu tumpuan utama pendapatan usaha Garuda Indonesia di tengah penurunan trafik angkutan penumpang yang terjadi imbas kondisi pandemi yang berlangsung sejak tahun lalu.
Situasi ini, kata Irfan, berpengaruh signifikan terhadap perfoma kinerja finansial Perusahaan sepanjang tahun 2020. Melalui penyampaian laporan keuangan tahun buku 2020, Garuda Indonesia mencatatkan pendapatan usaha sebesar US$ 1,4 miliar yang ditunjang oleh pendapatan penerbangan berjadwal sebesar US$ 1,2 miliar, pendapatan penerbangan tidak berjadwal US$ 77 juta, dan lini pendapatan lainnya sebesar US$ 214 juta.
Garuda Indonesia juga mencatatkan penurunan beban operasional penerbangan sebesar 35,13 persen menjadi US$ 1,6 miliar dibandingkan tahun 2019 lalu yang sebesar US$ 2,5 miliar.